Tuesday, March 31, 2009

Mawar hitam..

Sanggupkah hati,
membiarkan indah mawar menjadi hitam...

Monday, March 30, 2009

Tika hujan...


Sunyi,
tika hujan sedang menghentikan semua,
suara-suara mulai hilang,
diam,
melukis sepi di dalam lorong perjalanan,
kedengaran lagu-lagu sepi,
rintik air yang setia menemani,
bersama dingin bayu yang sentiasa di sisi...


Inginkah cinta layu di jendela,
yang menanti matahari datang menyinar,
lalu terus pudar,
diatas janji yang kian terurai,
menghanyut warna lukisan hidup,
jatuh,
ditiup angin,
yang dulu membelai indah,
dan kini membawa resah,
hancur,
dimamah waktu...


Hentikanlah hati,
hentikan hujan ini,
biar datang mentari,
meniti indah pelangi,
kan bisa tenang lautan hati,
melayar kasih,
mencipta warna,
menebar rindu,
agar kukuh jambatan cinta...


Wahai mentari yang menyinari pagi,
layarkanlah kembali kapal cinta,
agar bisa berkicau kembali,
burung riang yang menghias awan,
ingin sekali hati bertemu pagi,
yang kini selalu saja bersama mendung...




Bertahanlah cinta,
agar kekal bersama pagi,
agar bisa menelan derita,
dan menghilang semua luka,
bersamalah kembali menyusur jalan yang panjang,
terus ke depan,
tidak lagi menoleh,
belakang,
saat waktu yang hitam...


Sudikah kembali,
cerah pagi,
menemani hati yang kini selalu terluka,
menghidupkan kembali layunya bunga,
menghilangkan sepi di jalan cinta,
kerna hati tak bisa lagi sendiri,
meredah lorong berduri,
berjalan sendiri mengharung tewas,
hilang,
ku mahu hilang semua rasa,
yang meniup kencang,
biar tenang,
jalan cinta,
bila hati merindui sinar pagi...


Wednesday, March 25, 2009

Jalan...

Ingin ku teruskan perjalanan ini,
dan ku harapkan indah di hujung sana...

Tolong Hati..


Kenapa hadir dalam hari,
jika hancur yang bersama,
mengapa lahir di saat gembira,
melarikan tenang hati,
dan melayarkan resah berganti sedih,
indah tidak selalu indah,
indah kadangnya menyakitkan,
pergi,
jangan kau menghiris lagi luka,
tolong pergi,
tinggalkanlah hati,
biar hati tenang bersama cinta,
ku nanti kasih,
membawa tenang dari sana,
membawa bayu doa yang selalu membelai,
memberi jawapan peritnya penantian,
membuang siksa jiwa yang derita


tolong hati,
aku menanti,
menunggu takdir,
lewati waktu,
bersama luka,
mengharap sembuhnya hati,
rayu aku untuk melihat indah,
melihat wajah cinta,
agar hati kembali indah...

Tuesday, March 10, 2009

Tika Sinar Akan Pergi...



Dustakah indah semalam?
bila semuanya mengalir sinar,
mengukir senyum di dalam hati,
dan pelangi harapan mewarna di langit,
tiba-tiba gelap,
walau sudah habis malam,
tanpa cerah pagi,
yang menjemput hari...

Kenapa sakit kata yang menikam,
tiba-tiba hadir,
kenapa harus mengundur,
awan putih,
yang kini menghitam sendiri,
kenapa sinar pergi,
bila mekar bunga baru saja bermula...



Dan tika sinar akan pergi,
diri bagai keringnya daun,
yang gugur,
hanya mengharap bayu rindu yang membisik,
dan tanpa bayu itu,
jatuh,
tanpa bisa membuat apa,
diam,
hanya menanti hancur,
menunggu saat musnah,
melewati waktu yang sepi...

Tika pandangan mata semakin pudar,
hati mulai takut,
kerna bila sinar akan pergi,
takkan ada lagi cinta,
dan tercipta dinding yang mengurung kasih,
gelap,
gugur bintang-bintang tawa di langit,
memukul lukanya hati...


Takut,
takutnya hati menunggu,
saat hijau rumput menghitam,
saat jernih air berhenti mengalir,
waktu datang mendungnya awan,
waktu berhenti dinginnya bayu rindu,
tika tak dapat pertahankan cinta,
bila hilang semuanya,
padam...

Tenggelam,
menjauh semua harapan,
bila hati terpaksa melepaskan indah,
indah yang baru menyinar,
memekar bunga merah,
inikah jawapannya,
bagi semua perjalanan,
dan mungkinkah ada jalan lain,
yang bisa hati lalui,
tanpa pergi sinar,
tanpa menghilang semua indah...

Sakit,
tika dingin bayu kini menghiris luka,
dan indah cinta bertukar duka,
mampukah hati bertahan,
mengarusi semua kehilangan...



Sanggupkah pergi indah,
dari hati yang mengharap kasih,
dan kemana langkah untuk dituju,
bila tiada cinta,
dan tika sinar telah pergi,
lihatlah hancur hati,
dan menghilanglah ukir senyuman,
jadi jangan pergi,
jangan pergi,
dari hati,
kekallah bersama,
agar tercipta kembali indah...

Monday, March 9, 2009

Layar Cinta...

Kelam,

terkepung di dalam layar,

layar percaturan,

merindui hangat belaian,

masih adakah ruang kembali,

mengemudi ke pangkalan cinta,

atau meneruskan layar bahtera,

bahtera yang tak bernakhoda…

Biru laut yang tak pernah kering,

mengalir kasih dan rindu,

tak akan kering,

takkan habis dimamah waktu…


Layar cinta,

dihembus bayu rindu,

menunggu jawapan kasih,

menanti sudi si pagi indah,

hilanglah kelam,

kembalilah pagi,

biarkan cinta mengalir,

belai rindu menjadi bayu,

membawa kasih,

kekal kita di layar cinta…


Hati...


Hati,

Ingin kau tenang tanpa getar,

Selalu merah tanpa hitam,

Sinar jangan semakin pudar…

Hati,

Mengapa ada duka semalam,

Bila indah menunggu sampai,

Kenapa datang soalan dusta,

Kalau benar diatas terang,

Dan apa punca menutup jalan,

Mengurung insan didalam gelap…

Hati,

Tidak pernah ada wajah dusta,

Tak akan ada suara nista,

Biar sakit,

Terhiris luka,

Tetap hati di dalam raga…

Hati,

Usah dicari jalan pergi,

Jangan diputus arus yang lalu,

Biar terus,

Biar tulus,

Membawa iring indah yang hadir,

Ke hujung waktu tetap kita…

Kosong...


Bisu,

bisu menjemput pagi,

diam,

tak berkata,

tiada makna sebalik bisikan dingin pagi,

tiada riang mengiring kicau burung,

hanya embun menemani hijau,

bumi bisu berputar,

keliling bersama kosong,

kosong,

mengapa hadir pada pagi,

menghalang pandang suka dan duka,

menutup lembar putih hitam,

hanya kosong tanpa warna,

menghilang calit-calit dunia,

rindu apa di dalam jiwa?

apakah rasa yang menerkam diri?

pergilah wahai kosong,

kerna sepi hadir bersama kamu,

pergilah kosong,

jangan kau lontar sinar pagi,

pergilah kosong ke tabir cinta,

biar tiada lagi kosong,

yang mengisi pagi…

Pagi Yang Tak Selalu Cerah...


Pagi,

di balik daun-daun hijau,

basah dicium embun,

sejuk ditiup rindu,

membalikkan cahaya hidup,

menusuk jauh,

ke dasar jiwa yang gundah..

Pagi,

selalu senyuman yang kau lontar,

tenang yang menyelimuti,

diiring kicau burung yang bebas menari,

membawa lembut nafas ke dalam jiwa,

menghembus cinta,

mengubat luka,

walau sejenak,

walau sesaat,

tetap terasa kehadiran kau disisi…

Tapi,

kini mengapa,

kau membawa mendung,

tiada sinar,

tiada nafas,

hanya sakit yang tiba-tiba menerkam,

dan luka,

kini berdarah semula..

Pagi,

cerah lah kembali,

biar terang,

biar tenang jiwa dan hati,

walau diri ditikam luka,

walau sendiri meratap sepi,

biar pagi cerah,

tanpa kelabu jua hitam,

selalu putih bersama awan,

agar kau terus indah menghembus kasih…

Pagar Hati...


Hitam

memagari hati

yang dulu indah kerana cinta

cinta yang sebenarnya hitam

tak pernah sedar

kerana buta memeluk diri…

Kini keluar

jauh dari pagar hati

menuju ke kasih putih

suci

tanpa kotor dan luka

Kenapa masih ada parut yang tinggal

dari luka

saat lari dari pagar hati

dan kenapa masih ada calit

saat tak lagi mahu kembali

ke pagar hati…

Kenapa peduli hadirnya parut

kenapa peduli akan adanya calit

biar parut menjadi kenangan

biar calit menjadi sempadan

jangan kembali ke pagar hati

biar putih kembali hitamnya hati

biar akhir

kasih tuhan termiliki

tanpa kotor dan luka

tanpa hadirnya

pagar hati…

Mengharap Kasih...


Rempuh cahaya pagi di jendela,

menjaga aku dari mimpi,

mimpi kosong,

berkali-kali,

kosong,

seperti malam-malam kelam yang kehilangan cahaya…

Merah hati semakin pudar,

menunggu layunya kelopak-kelopak kasih,

yang dulunya kembang indah,

menutup semua hitamnya luka,

meniup semua debu sepi,

mendiamkan tangis bisu…

Mengharap kasih,

yang setia memimpin di lorong-lorong duri,

yang setia mengarusi sungai-sungai liku,

tak pernah lari,

tak pernah berhenti,

menuang perlahan arus suci…

Mungkin,

adakah kemungkinan kewujudan itu,

arus suci yang tiada henti,

selain kasih tuhan yang tak pernah habis,

adakah kemungkinan

kewujudan arus suci itu,

yang mengiringi kasih tuhan,

yang menyusuri arus dingin kehidupan…

Mengharap kasih,

kasih yang tak mungkin..